CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Rabu, 11 Februari 2009

MEMBERATI HIDUP

Semalam jam berdetak memekakkan telinga, tetangga kosku sedang bersuka cita entah merayakan apa hingga derai tawanya menggetarkan kaca dan asap rokok menciptakan mendung sendiri hingga lewat jam 2 hingga lantas dengkurnya menggorok telingaku dengan sadisnya.Aku terjaga, mata melotot pikiran melayang, pastinya karena aku bujangan he he he he he he he. Insomnia atau amnesia? Sama sekali tidak bisa tidur. Sholat, meditasi, membaca atau aktifitas lainnya sudah tak lagi sanggup kulakukan -aku kelelahan, meski akhirnya aku shalat juga (mengekspos ibadah nih).
Aku ditampar (tampalan kecil oleh nyamuk mungil) bahwa semestinya aku sadar, selama ini aku terlalu over sense, terlalu perasa, peka, sensitif dan seabrek kata yang mewakilinya. Believe me, i was born to be sensitive person (besides i was born to be an artist), makanya dengan kapasitas otakku yang mungkin agak cukup sedang besar, aku memembiarkan setiap keping kesensitivan atau hal-hal yang sensitive itu mendiami bagian otak ini, mengendap lama, lantas dimunculkan lagi saat otak ini mengikuti perasaan untuk sensitive.
" Makan tuh kesensitivan lu, impactnya ke body lu kan (i'am fat enough), to your soul, memberati hidup lagi dan lagi terus menerus selalu selamanya, until you death" my other soul said.
We ke ke ke ke ke ke ke aku jadi sadar sesuatu bahwa sebenarnya dengan semua kesensian itu sebenarnya aku jadi bisa menulis loh, seperti healing, penyembuhan, meski masih tanpa arah. So if i want to be a writer mestinya aku harus semakin sensitive, namun harusnya kepekaan itu lain bentuk, bukan untuk memberati hidup, tapi untuk mempelajari hidup.
So mari berubah, belajar untuk mengarahkan kepekaannya, untuk mencoba meringankan hidup, untuk mengingatkan dan untuk ibadah.

1 komentar:

Besus mengatakan...

kok lw ga da pengikutnya sih!!!!!!!!!
dikemanakan gw, lupa ma gw..........