CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Senin, 23 Februari 2009

ME (D 4 THING IN ME)

Aluweya aluweya aluweya....
This word sent me to the pass, when i have enough time to see Tom & Jerry Movie.....
Anyway aku bukan ingin bercerita mengenai Tom & Jerry yang menjadi musuh sekaligus teman sepanjang masa, aku ingin membicarakan 4 hal terburuk yang ternyata baru aku sadari sepenuh hati minggu kemarin. tapi 1 hal yang paling dasar sepertinya adalah : STOP COMPLAINING

"Stop complaining," said the farmer
"Who told you a calf to be;
Why don't you have wings to fly away
Like the swallow so proud and free?"

You know that song? Ini lagu relatif tua namun kalo mau mendengarkan kembali Rida menyanyikannya sebagai soundtrack Gie. Nah begini pada akhirnya, Complaining meruapkan ujung dari keburukanku. Pertama adalah membesarkan yang tidak perlu, dimana aku sendiri tidak bisa menolak banyak hal yang disodorkan padaku karena aku menekan diriku sendiri terlalu tinggi dengan keyakinan bahwa dengan semua keterbatasanku aku harus mampu melakukan semua, akhirnya ketika aku tidak bisa mengendalikan semuanya baru complain dan menjadikan orang lain sebagai korban.

Fiuh, sayangnya adalah dengan semua keburukanku banyak yang memanfaatkan, lantas ketika aku terpojok tak ada yang mengangkatku.

DRAMA... No No Drama..... LIfe is drama.....

Jumat, 20 Februari 2009

THE WORD IS THANK YOU


Yesterday several peplo said "THANK YOU" to me
Untuk sekian lelah yang kupertaruhkan dan semua energi yang kusalurkan meski sebagian adalah kewajiban, dengan berbangga hati aku menerima terimakasih itu, sebuah kata yang paling tidak membawa semacam energi baru yang segar, mencerahkan -meski sebagian - masih buram. Dan tanpa berburuk sangka aku menerima terimakasih itu sebagai sebuah ucapan tulus tanpa bermaksud menghibur atau motif tertentu lainnya. sedikit mampu menggerogoti kesal dan marahku -yang mestinya tidak harus, kan aku adalah muara sungai.
Lalu apa jawabku, "thank you too".
Sebuah kata sederhana yang ternyata membawa suatu hal yang lain, sangat lain dan disadari oleh banyak orang sayangnya kadang menjadi tidak lagi diperhatikan, ketika kejengkelan, marah, kesal sibuk dan pengkelasan terhadap kasta sedang terjadi.
Hari ini (sabtu) salah satu bagian kompas membahas mengenai ethika (pastinya etika bisnis). Bukankah terimakasih adalah etika juga? Namun ternyata kalimat terimaka kasih menjadi tanpa arti bila kita tak mampu melakukannya dari hati dengan perasaan, hanya kalimat sederhana yang dibunyikan tanpa ekspresi ataupun intonasi yang mendamaikan ataupun waktu yang sesuai.
Aku suka mengumbar terimakasih (pamer) ketika tulus ataupun ketika aku terpaksa melakukannya ke siapapun, dan ternyata aku sadari menjadi penting emosi, ekspresi, intonasi dan waktu kita mengucapkan terimakasih karena berpengaruh pada maknanya -tulus, ejekan/ sindirian, setengah hati.
Disamping mengatakan THANKYOU banyak hal yang merepresentasikan dengan benda dengan emosi dengan tatap dengan jabatan tangan, dari yang gratis hingga dimana benar-benar dibutuhkan perjungan dan budget untuk itu.
Sayangnya ketika aku mulai mengerti arti terimakasih "sebenarnya", aku bahkan belum pernah mengucapkan terimakasih secara langsung pada Bapakku yang meninggal tahun lalu, kalimat yang aku bunyikan dengan mulutku dan ia masih ada ketika mendengarnya, kalimat yang kuucapkan untuk mewakili semua terimakasihku. Rasanya sudah menjadi lain bila aku mengucapkannya di hadapan nisannya ataupun di depan fotonya.

Rabu, 18 Februari 2009

MARAH?

Hari ini aku rasanya ingin sekali meledak, marah-marah.............................................
Aku galau, lelah, tertekan, dan semuanya yang menyebalkan berdatangan.
Hari ini aku berjejal dalam sebuah ruang seperti pengungsi ROHINGYA yang berjejal dalam perahu berhari-hari hingga tak ada tempat untuk duduk setelah diterlantarkan oleh THAILAND, terus berdiri berhari-hari diatas perahu tanpa akomodasi (makanan). Ada beberapa pilihan memang, menunggu ambruk /mati karena kelelahan berdiri atau terjun ke laut berharap ada keajaiban, Tuhan mengirimkan perahu lain, sang penolong. Tak ada pilihan yang indah akhirnya hanya tinggal menunggu seleksi alam, apakah kebaikan Tuhan akan datang atau tergerus oleh seleksi itu.
Aku ingin mengelola marahku, namun hari ini aku tidak bisa, aku gagal mengelolanya, dan yang membuatku marahpun mungkin tak juga mengerti bahwa aku marah. Kalau aku punya kesempatan (keberanian) untuk memberitahu aku mau, tapi sayangnya dogma bahwa itulah kewajibanku sudah tertanam dalam-dalam, dan mungkin mereka malah bertanya balik mengapa aku harus marah-marah.
Itulah takdir atau malah satu keindahan menjadi bagian terbawah dari rantai makanan yang tidak mengurai apapun-muara hulu-. Meminjam istilah temen ku "karena solider akhirnya soliter" pertanyaannya apakah aku terlalu solider? Rasanya aku memang sudah soliter, dan susah mencari yang solider padaku.
Mengelola marah itu harus bagaimana sih sebenarnya. Ambil nafas dalam-dalam, taruh kemarahan diujung genggaman dan hantamkan genggaman itu pada orang ataupun lingkungan yang membuatmu marah. Atau ambil nafas dalam-dalam, atur nafasmu satu-satu, pejamkan mata, rilexkan badanmu, biarkan marahmu mengepul seperti udara, ambil nafas, tahan, hembuskan, ambil nafas tahan hembuskan, ambil nafas tahan!!

MY FRIEND MY KAKA



Baru aku sadari ternyata February adalah bulan yang istimewa, bukan hanya periode semesta merayakan rasa. Bulan ini "my kaka" ulang tahun, meski setelah aku mengobrak-abrik ruang penyimpanan di otakku, aku sudah tak lagi mampu ingat kapan tepatnya tanggal berapa. Kemarin aku mengiriminya SMS just Happy B Day, dan dia terkejut ( as i wish)
Rasanya sudah cukup lama tidak bersilaturahmi dan mungkin malah frienship yang terjalin sudah mulai kabur. Aku ingin bicara tentangnya, my friend my kaka. Perkenalannya bukan sesuatu yang penting kupikir, dan tidak meninggalkan bekas yang istimewa, bahkan dalam keseharian pertemanan tidak melakukan hal-hal yang istimewa. Hanya jalan, nongkrong di mall, membagi rasa, membagi suka, membagi semuanya. Hal yang tak mampu aku bagi dengan siapapun, tidak ada batasan pribadi rasanya.
Darinya aku belajar mengerti pertemanan, darinya aku mengerti rasanya menjadi teman, dia mengajariku menjadi seseorang, mengarahakan ketika aku tersesat, menyalahkan ketika salah, membenarkan ketika salah, tanpa pernah menggurui, tulus mengerti diriku apa adanya.Tidak ada tuntutan dari masing-masing kami.
Hanya sayangnya keadaan berubah, semua bukan karena salahnya atau salahku, namun keadaan yang memaksa untuk berubah. Meski ia tak punya waktu banyak untukku ataupun tak lagi ada selama aku mau, aku selalu merasa bahwa ia "ada", di hatiku, di ingatanku, dan aku berharap diapun sama. Apakah ini dinamakan teman sejati? Semoga saja, teman sejati itu yang membuatku nyaman akan banyak hal, yang membuatku selalu mengingatnya. Itu saja. Do you have a good friend?

Sabtu, 14 Februari 2009

MERAYAKAN RASA


Rasa itu bernama cinta, yang dirayakan oleh manusia (penasran juga binatang or even kutu merayakan atau tidak sih? Atau mungkin mereka juga tahu bahwa dikalangan manusia sedang merayakan rasa cinta), cinta yang universal, melintasi gender, melintasi umur, dan semua lintasannya. Celebration itu beraneka bentuk ternyata, dengan mata, dengan kata, dengan tindakan, dengan benda, dan bisa jadi merayakan rasa mengujunginya dengan melampiaskan nafsu. Hari ini semua bersuka cita, menyanyi tertawa, dan semua perlakuan lainnya. Hari ini sudah ditetapkan oleh sebuah sistem yang kasat dan tidak pernah tertulis seperti kitab suci ataupun prasasti Babylon or magna charta (mungkin sama seperti norma-norma dan ethica), bahwa 14 february adalah perayaan, dan manusia mengimaninya, seolah menjadi agama sehingga ada keharusan untuk merayakan rasa, dengan bunga, cokelat dan apapun yang berwarna merah muda.
Pada akhirnya aku mau membicarakan diriku tanpa bermaksud menggurui. Aku sempat bertanya mengapa harus larut dalam hari raya ini, atau menjadikannya istimewa, dan pada faktanya memang tidak perlu. Wajar mengekspresikan rasa dan merayakannya, namun cinta menjadi terlalu tersier bila dirayakan hanya dalam satu tahun sekali, mestinya kan merayakannya setiap hari dengan apapun itu meskipun hanya lewat yang paling sederhana. Tapi itu pemikiranku, lha wong aku sendiri tidak pernah merayakan rasa itu setiap hari. Ke Tuhanku? Mestinya aku lebih mampu merayakannya dengan mengimani dan mengibadahinya. Ke Ibuku? Mestinya aku menaburkan perasaan sayang ini lewat kalimat kecil yang menunjukkan kepedulian dan kehadiranku untuknya. Ke diriku? Lewat makanan yang terkontrol dan olahraga yang seimbang. Ke keluargaku? Lewat SMS ataupun kunjungan. Ke teman-temanku? Mungkin hanya dengan say Hi or Sorry. Ke peralatanku? Mungkin hanya dengan menyimpan dan merwatanya baik-baik Dan yang lebih penting ke orang lain yang bukan gendernya the one who I admire most? Apa aku mencurahinya dengan cinta? Tidak ada apapun.. Lantas dengan moment yang ada setahun sekali ini, apa aku merayakannya untuk daftar-daftar yang aku buat? Tidak, apa aku mewakilkan rasaku dengan bunga? Dengan coklat, atau sekedar text SMS dan mengucapkan happy valentine langsung? Tidak sedetail itu, sebab aku ingin mengingkari perayaan rasa itu.
Malam tanggal 14 february aku menerima SMS “happy valentine”. Hanya kalimat itu, sesuatu yang di luar expectasiku, dari orang yang juga di luar expectasiku (meski ternyata aku menginginkannya). Butuh waktu setengah jam lebih untukku membalasnya dengan kamilat yang juga sederhana “happy valentine too”, dengan debar yang tak berkesudahan dan ternyata aku menunggu jawabnya atau sekedar SMS lainnya. Hingga malam tenggelam dan aku larut dalam demam karena influenza, ia tak lagi mengirimi apapun.
Akhirnya aku merayakan rasa dalam mimpi, dengannya, lewat tatap, lewat sentuh, lewat bahasa, lewat bunga, lewat coklat, dan yang lebih terpenting aku merayakan rasa dengan rasa (sesuatu yang tadinya maunya kuingkari), dan aku perlahan mau merayakannya setiap hari. Merealisasikan merayakan rasa dengan perasaan dan tak berkesudahan.

Jumat, 13 Februari 2009

MENGADILKAN DIRI


Tahu justice league kan? (itu kumpulannya Batman, superman, spiderman dan semua yang diakhiri man man-nan lah he he he he he kayaknya myman, kuperman, doberman, tuman, siluman gitulah tapi ada batgirl, supergirl, ada juga gogogirl, ada wonder wonam ding). nah setahuku mereka itu didirikan dengan azaz menegakkan keadilan di dunia fana ini menggunakan kemampuan mereka dan body mereka, dengan bermacam tools or any gadgets. Itu setahuku hanya saja aku masih tidak tahu persepsi adil bagi mereka. Kalau dilihat-lihat sih mereka kayak revenge, coz mereka kan rata-rata hidupnya tidak adil (dari sudut pandangku selaku viewer loh), coba deh kan si clark kent tuh anak miskin, si bruce wayne bokapnya mati, spiderman lebih miskin lagi, apalagi siluman, udah miskin, buruk rupa bau busuk dan fortressnya pohon beringin tua yang sudah sangat lapuk, terpencil di sekelilingnya adalah tempat pembuangan sampah akhir yang baunya busuk luar biasa.
Nah sekarang nih, aku lagi kepikiran, apa gw sudah cukup adil? (diadili, mengadili, teradili?) from many side, mau yang vertical maupun horisontal. Ternyata setelah aku menganalisa dengan sesederhana pemikiranku yang sederhana, engga adil banget (PS : "t"nya x 10 x 100000000000000000000000000000). Hiks hiks.... tapi kok masih saja berlaku tidak adil. Coba apa saja? Engga kehitung sama sekali, ke Tuhan? ruar biasa banyak, ke keluarga .. extremm. ke teman... parah, ke bos ampunnnn.... engga ada yang bener deh....
Jadi akhirnya sampai pada satu kesimpulan, kemarin aku merasa sangat tidak adil. Hidupku tidak adil, orang-orang disekitarku tidak adil, baik perlakuan ataupun ucapan. Nah kalo sudah seperti ini aku baru nyadar bahwasannya mestinya dengan ketidakadilan yang kualami, aku berusaha untuk membuat keadilan, membuat orang lain (Incl Tuhan), merasa adil. Mestinya aku berfikir bila ingin diperlakukan adil maka aku harus adil (my idealism). Tapi kesadaran itu selalu sifatnya temporer, saat sudah nyaman dengan semuanya.....lupa dehhh.....
Tapi disebabkan sekali lagi bahwa neraca timbangan "adil" susah diterjemahkan, maka ya adil itu selalu relatif, di mata saya, di mata yang lain juga pasti berbeda-beda bahkan bagi yang sama-sama terzolim, point of viewnya berbeda banget....
Mempelajari justice league, menurutku belajar untuk mengadilkan diri dengan mempelajari dari lingkungan, dari orang lain, dari sudut pandang sendiri, dengan logika. Chayoooooo

Rabu, 11 Februari 2009

MEMBERATI HIDUP

Semalam jam berdetak memekakkan telinga, tetangga kosku sedang bersuka cita entah merayakan apa hingga derai tawanya menggetarkan kaca dan asap rokok menciptakan mendung sendiri hingga lewat jam 2 hingga lantas dengkurnya menggorok telingaku dengan sadisnya.Aku terjaga, mata melotot pikiran melayang, pastinya karena aku bujangan he he he he he he he. Insomnia atau amnesia? Sama sekali tidak bisa tidur. Sholat, meditasi, membaca atau aktifitas lainnya sudah tak lagi sanggup kulakukan -aku kelelahan, meski akhirnya aku shalat juga (mengekspos ibadah nih).
Aku ditampar (tampalan kecil oleh nyamuk mungil) bahwa semestinya aku sadar, selama ini aku terlalu over sense, terlalu perasa, peka, sensitif dan seabrek kata yang mewakilinya. Believe me, i was born to be sensitive person (besides i was born to be an artist), makanya dengan kapasitas otakku yang mungkin agak cukup sedang besar, aku memembiarkan setiap keping kesensitivan atau hal-hal yang sensitive itu mendiami bagian otak ini, mengendap lama, lantas dimunculkan lagi saat otak ini mengikuti perasaan untuk sensitive.
" Makan tuh kesensitivan lu, impactnya ke body lu kan (i'am fat enough), to your soul, memberati hidup lagi dan lagi terus menerus selalu selamanya, until you death" my other soul said.
We ke ke ke ke ke ke ke aku jadi sadar sesuatu bahwa sebenarnya dengan semua kesensian itu sebenarnya aku jadi bisa menulis loh, seperti healing, penyembuhan, meski masih tanpa arah. So if i want to be a writer mestinya aku harus semakin sensitive, namun harusnya kepekaan itu lain bentuk, bukan untuk memberati hidup, tapi untuk mempelajari hidup.
So mari berubah, belajar untuk mengarahkan kepekaannya, untuk mencoba meringankan hidup, untuk mengingatkan dan untuk ibadah.

Selasa, 10 Februari 2009

SOLUTION NAME MONEY

Hari ini ada jutaan manusia yang berjejal diantara hiruk pikuk hidup. Dengan keragaman usia, bentuk fisiologis, daya nalar, intelegent dan juga gender (you know male, female and transeksual maybe). Semua berkutat dengan rutinitas kesibukan dengan segala permasalahannya. Dan aku salah satu diantaranya, bersenyawa dengan rutinitas perkejaan, bersatu dengan permasalahan, dan semua itu mengakibatkan sakit kepalaku seolah kekal mendiami kepala ini, tak mau enyah sejak seminggu lalu. Aku mencoba untuk tidak mengkonsumsi obat kimia, karena perlahan aku mulai percaya bahwa obat kimia memberikan efek yang pada faktanya adalah sebuah kenikmatan. Aku berharap tidak ada pembuluh yang pecah ataupun ada ketidaksesuain dengan sistem dan jaringan di kepalaku.
Hari ini temanku bilang bahwa sakit kepala yang berkepanjangan itu dimulai dari hati, bukan cuma kepala, dan aku mencoba menelaahnya, merunut dari mana sakit kepala itu berasal, barangkali ada benda asing yang mendiami diriku sehingga getah beningku harus bekerja keras untuk membuat antibodi, dan efeknya kepalaku sakit.
Pada faktnya selain faktor kemungkinan adanya benda asing itu yang belum bisa aku jawab kecuali mendatangi dokter (unfortunately my insurance is not valid anymore), aku mulai mengakui bahwa sakit itu berawal dari hati, dari rasa menjalar ke pikiran, menganiaya otakku sedemikian rupa hingga terjadilah, gangguan pada system itu sendiri.
So what the matters? Banyak, dan dengan kemampuanku yang terbatas dalam mencerna dan mencoba memecahkan, aku menyimpulkan bahwa money is the solution. Money may erase a lot of matters. Dan aku mulai yakin bahwa bukan cuma aku yang terseret ke dalam lingkaran "money is the solution". Ada banyak masalah yang bukan uang solusinya, namun dengan menghitung probabilitasnya, aku merasa bahwa money bisa membeli solusi-solusi itu.
Coba lakukan tabulasi dari permasalah kehidupan yang terselesaikan dengan uang. Saat ini / krisis bukan hanya soal climate crisis but also economic crisis and it's started with money and the solution is money.
Money may control life, the real life. Anything and many thing dan kita tidak bisa mengingkarinya. Orang menjadi liar tak terkendali, melakukan aniaya keji bermula dari uang dan solusinya adalah uang.
Fiuhhhh..... Is it true? Money is the solution for many thing?

Minggu, 08 Februari 2009

HULU PARA HILIR

Fiuhhhhhhh....
Ada seratus sungai yang mengalir dari hilir, besar kecil, beriak dan tenang, bening dan keruh dengan polusi yang luar biasa. Mengalir beratus kilo, mengikuti kelok dan liuk, batu-batu besar, ranting-ranting pohon. Didalamnya ada ikan yang hidup, ada yang bahkan tak satupun makhluk hidup yang mampu bertahan. Semua mengarah ke satu muara hulu. Di sanalah aku berdiam, bukan untuk menampung semuanya, namun untuk tenggelam di dalamnya.

Jumat, 06 Februari 2009

MENGGAPAI LANGIT ATAU?

Mencoba sadar bahwa aku menjejak bumi, bukan karena aku punya sesuatu yang menyebabkannya, namun hanya karena aku merasa bahwa teramat istimewa. Padahal langit tertinggi yang mampu kusentuh hanya tempurung kotak yang kudiami, katak dalam tempurung, lumayan sih untuk hidup sayangnya tidak cukup untuk melompat, berputar, bahkan terbang, dan aku sudah nyaman hanya dengan meringkuk saja Sampai punggungku bongkok dan lumutan-pun aku masih nyaman-nyaman saja. Di tempurung itu toh tidak ada kodok lain sama sekali jadi aku bebas, aku yang ditasbihkan menjadi yang terbaik. We ke ke ke ke ke my onw kingdom, menjadi raja buat diri sendiri dengan segala keakuannya.
Kemarin ada yang membuka tempurungku, dan sebenarnya aku bingung. Itu artinya aku menerima sebuah kemerdekaan. Seperti budak belian, aku sudah bisa berputar, berjumpalitan tanpa arahpun tak ada batasan, merdeka. Aku melongok keluar melihat, langit tinggi sekali......
Aku diam lama, harus melompat kemana? atau hanya sekedar melompat saja? belum juga memutuskan untuk lompat, sekawanan binatang aneh lewat, badannya besar dan montok ruar biasa, mungkin aku hanya sebesar upilnya. Telinganya lebar, hidungnya panjang. KUdengar orang berteriak-teriak. Gajah!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!, aku menutup kembali tempurungku, takut....., padahal kan selama ini aku tidak takut aku aman.
Ku buka lagi saat tak lagi kudengar derap langkah, dengan takut-takut aku melompat. Waw bau tanah, bau rumput wangiiiiiii, ini kemerdekaan. Seekor bangkong datang, duduk didepanku, apa peduliku dengannya? biarkan saja toh aku adalah raja, tak perlu takut. Aku melompatinya, membiarkannya. Belum juga aku menjejak bumi, bangkong itu, melompat menindih tubuhku. Aku gepeng

Kamis, 05 Februari 2009

NORMALISASI KEABNORMALAN


Dasar sinting, sableng, gemblung, sundal, tak normal!!!!!! kalimat memaki itu telah menjadi makanan sehari-hari, di TV ataupun bahkan hidup realita. Sebenarnya ukuran normal itu di mana sih? Setahuku tidak ada sebuah kitab ataupun peraturan bahkan prasasti yang menyatakan kenormalan terpampang di dunia? (ada kamu saja yang tidak tahu). Dan aku? lets see..... berapa kali aku didefinisikan tidak normal ataupun disebut tidak normal, bukan sekali, berkali-kali dan aku mengamininya saja, benarkah? No body want to be abnormal, and i wish i'am not (it's mean that i'am normal??). Membingungkan bicara tentang normal. Kelahiran normal ditandai bila fetus keluar lewat jalannya, berat badan normal bila perhitungannya sesuai, kulitnya normal, hidupnya normal, kehamilan normal, bayi normal, semua normaaaaaaaaaaaalllllllllllllllllllllllllllllllll.....
Disebut tak normal mungkin menyakitkan, namun aku sudah mengalaminya semenjak kecil dan aku bingung akhirnya diperiode mana aku normal atau pernahkah? keabnormalalan itu dibentuk atau diapakan? yang pasti orang melihat apa yang ada dihadapannya dan mereka tak bia disalahkan, sebab mereka bukan siapa-siapa, mereka hanya angin yang lewat, tidak pernah ada di sisi menjabarkan hidup yang "indah"
I'am abnormal, cerdas luar biasa, merealisasikan mimpi-mimpi, seperti spiderman, seperti batman, seperti superman, seperti Bima seperti Arjuna seperti Karna seperti Timun Mas, seperti sangkuriang.Kuat cerdas tampan punya segala. Are they normal? When you judge someone they are not normal do you ask your self are you normal? Many people say just normalize the abnormal, it's mean that it's easy to change. Fiuhhhhhh i want fly reach the sky stay in the moon for a moment then death on beautiful angel hand.

MARI BERSOMBONG RIA

Sombong!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Sudah banyak cerita baik sinetron, film dan novel ataupun cerita lainnya menceritakan tentang kesombongan, yang berakhir dengan kesialan pada yang sombong. Kadang berawal dari hal-hal kecil yang tak perlu disombongkan hingga hal-hal yang memang wajar disombongkan. Aku? kalau aku sering melakukan kesombongan, banyak hal, dari yang paling sederhana dan benar-benar terjadi/ kumiliki/ kualami ataupun yang pasling niskal, yang paling engga banget..... Tapi jujur loh rasanya nikmat sekali melakukannya, cara terbaik untuk balas dendam setelah disombongi, tapi salah target lha wong sasarannya adalah orang-orang yang tak pernah membuatku merasa tersombongi. We ke ke ke ke ke
Kalau kuhitung dengan jari kesombongan yang kulakukan, pasti sudah tidak mencukupi 10 jari tangan dan 10 jari kaki, sepertinya harus ditambah dengan jumlah jari kaki binatang kaki seribu, jumlah akhirnya? ratusan !!!!!!!! berapa lapis? ratusan salah ribuan. BUkannya apa-apa dalam bersombong ria itu rasanya hidup lebih bermakna, punya nilai khusus dan lebih, coba perhatikan wajah-wajah orang yang terpana mendengar kesombongan kita, mungkin melotot, melongo, menahan napas, atau kelepasan kentut, ada yang geleng-geleng kepala dan ber"ck ck ck ck ck hingga ludahnya tersembur. POkoknya menyenangkan, mungkin seperti orgasme (tabu banget ya ngomongin ini).
Makanya aku berani bilang rugi banget kalo engga sombong, pokoknya sombongkanlah apapun itu, meski hanya kedipan yang bagus, tulisan yang bagus, ataupun kutil yang bagus. Dengan sombong akan menjadikan terkenal, nah setelah itu barulah bertobat. Menyembah Tuhan, mengadu bahwa semua kelakuan itu adalah sebuah kesalahan. Sayangnya sekali berbuat seringnya menjadi kecanduan, seperti aku.....

Senin, 02 Februari 2009

MEMAKNAI HIDUP DENGAN MENGELUH

Waduh-waduh saya lagi kebingungan nih. Sebagai manusia -sebagai pribadi- seringkali menyerah menghadapi hidup, kenapa? Ketika menemukan konflik, masalah dan kemudian beruntun dihantam lagi-lagi dan lagi tak henti-henti. Sebagai manusia wajarkan bila saya mengeluh? Itu sisi paling manusiawi, sebab hakikat menjadi manusia bagiku adalah wajar bisa mengeluh.
Mungkin yang harus dipastikan adalah porsinya, porsi mengeluh itu sangat luas dan bervariatif. Bisa sebesar biji kedelai juga bisa sebesar kuda nil. Mungkin dengan berkeluh kesah menjadi tahu, menjadi bisa belajar, mendapatkan tambahan referensi dari orang lain yang kemungkinan memiliki naskah hidup yang lebih besar.
Tanpa mengeluh bukan berarti manusia menjadi sangat kuat, seperti batu, seperti gunung. Atau mungkin ia tidak hidup sebab ia tidak punya apa-apa untuk dikeluhkan. Sekali lagi bagiku sangat manusiawi mengeluh namun tahu porsinya, sehingga mengeluh tidak menjadi gaya hidup. Hanya kebutuhna sekali dua kali saja.

MENENTUKAN PILIHAN



Hidup dipenuhi dengan pilihan, dan mungkin tanpa memilih kita tidak hidup. Seringnya pilihan-pilihan yang disodorkan pada kita kadang tak diketahui mana baiknya atau buruknya, barulah ketika kita menjalani yang terpilih itu kita tahu bahwa kita benar atau salah. KIta yang menentukan pilihan itu bukan orang lain, kita yang mengendalikannya, meski kadang kita meminta saran ataupun masukan, namun kitalah algojonya.
Berapa kali terjatuh? Bukan sekali, tapi berkali-kali. Bagiku yang paling tahu kebaikan akan pilihan yang kita pilih adalah yang menjalani. Sesal tak akan dilemparkan pada yang lain. Beruntunglah bagi orang yang mampu menganalisa dan punya waktu untuk memilih dan punya pilihan. Sebab seringkali kita terjebak dan tak punya pilihan. Bagiku hidup itu mati saat diam saja dicocok hidungnya untuk mengikuti yang sudah ditentukan. Bukan pengingkaran pada kuasa Tuhan. Ia sang maha memilih, Ia yang punya pilihan-pilihan, namun kita diberi pilihan.
Jujur saja aku bukan seorang pemilih yang baik. Aku seperti daun yang terombang-ambing ombak dan angin, hanya mengikuti arus yang mengalir, Aku tak cukup mampu menganalisa pilihan-pilihan, hingga kadang dengan putus asa setelah melewati waktu yang lama aku memilih yang lantas salah. Aku belum juga mampu menganalisa, sebab seringnya kejadian-kejadian tidak terulang lagi. Istilah belajar dari kesalahan bila kondisinya berulang, namun bila sejarah tidak berulang dan semua yang dihadapi termasuk pilihan baru maka apa yang harus aku lakukan? Berbagi?

Minggu, 01 Februari 2009

MENGATAKAN KATA

Mengatakan kata itu membunyikan huruf-huruf, sebenarnya sangat mudah, tinggal melafalkan apa yang perlu dilafalakan, setiap huruf vokal tinggal dibunyikan sesuai sedangkan konsonannya juga harus dibumbui dengan vokal. Tapi yang susah adalah memaknainya. Begitu mudah kita membunyikannya, bicara dengan mengatakan kata-kata, tak harus peduli dengan artinya tak harus peduli dengan perasaan orang lain. Kata-kata itu meluncur dari mulut dengan lidahnya yang tidak bertulang. Berapa kali khilaf ketika mengatakan kata, membiarkan hati orang lain teraniaya. Padahal ada keindahan dari setiap kata, ada ketulusan ada kejujuran tinggal otak kita memainkannya, mnengendalikannya. mau menjadikannya bengis, mau menjadikannya tak bernilai atau membiarkannya meracuni hidup. Semua kendali ada di otak, disusupi dengan rasa dari hati, kemanusiaan, etika dan norma. Bicara bukan sembarang bicara, belajar untuk memaknai kalimat dengan mendalam, sebab semua hal (mayoritas) terjadi, diawali dan diakhiri dengan mengatakan kata.