Pulang, hanya sebuah kata sederhana saja, namun rangkaiannya menjadi sangat panjang. Dalam perjalannaku pulang ke tempat Ibuku melantunkan doa-doa terindahnya untukku, dengan sabarnya menungguku dan dengan samudera kasihnya menyayangiku, lamunanku melambung tak terbanntahkan. Tanpa batas memikirkan tentang pulang. Aku pulang untuk mendulang semua doa-doanya. Dan sekarang aku telah datang ke dalam realita lain.
Meremuklah aku, segalaku.
Dayaku melebur pupus, tak kuasa mengahalu galau.
Gundahku yang membuncah berhenti dan termulai
Inilah ujung yang pangkal.
Tak ada pekik lagi yang mengisi langit-langit
Bukan runtuh tapi musnah, membekaskan bayang dalam angan
Akankah hardik datang lagi menyambangi?
Hardik dengan mata berkaca-kaca
Hardik dengan bibir yang bergetar
Hardik yang tak pernah lantang
Hardik yang tak mampu kutafsirkan sebagai petuah.
Bermenit akau abai.
Adamu tak ada untukku.
Selewat angin yang berhembus kering
Apakah duri apakah batu
Aku lalai padamu
Tak pernah terlintas adamu mendamaikanku
Saat hilang terbang malah berdatangan
Yang terabaikan dan lalai
Membubungkan semua sedih
Melautlah sesal
Membekaskan sesak di dada
Senin, 01 Juni 2009
PULANG
Diposting oleh supriyanto danurejo di 22.52
Label: Poems and Prose
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar