Mei, posting pertama, setelah stagnasi otakku perlahan melunak.
Aku mendengar apa yang mampu kudengar, meski kadang hal-hal yang tak mampu kudengar, namun saat mendengarku aku sering mengabaikannya, mencerna apa yang didengar hanya yang ingin kutelaah lebih dalam. lebih bahagia didengar daripada mendengar, karena ternyata didengar itu sebuah kenikmatan saat dianggap ada, dianggap perlu diperhatikan, mendengar adalah memperhatikan orang lain. Ternyata manusia adalah bayi-bayi yang tak lepas dari gaya bayi-bayi untuk selalu didengar, bayi tak ingin mendengar hanya peduli dengan didengar. Dan aku melakukannya, aku hanya mau didengar, apa peduliku dengan keluah kesah yang lainnya, mereka harus mencadi pendengar, aku adalah segala yang lebih segala yang kurang oleh karenanya hanya akulah satu-satunya yang perlu didengar. Apa peduliku dan apa aku harus peduli untuk mendengar? Sebab saat aku minta didengar tak ada yang mau mendengar. Telinga-telinga telah tersumbat oleh earphone, oleh ipod, mp3player, oleh HP. Dunia menyisakan suara tunggal, musik monoton yang berualang, tak beritme. Mata tak pernah mendengar, mata tak cukup untuk mencerna. Aku mendengar aku didengar dengarkan aku, sebab akupun mendengarkanmu.
Kamis, 14 Mei 2009
D I D E N G A R
Diposting oleh supriyanto danurejo di 04.49
Label: Danurejo's mind
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar