Hari ini aku pulang dari Bandung, dengan serpihan luka yang mendera (drama), sepanjang kereta aku tak mampu menahannya, rasanya gila, tak bisa terbantahkan lagi bahwa aku patah hati, padahal sekali lagi aku sudah mencoba untuk tidak merasakannya dengan menekan dan mengabaikannya, namun yah ternyata mencoba menjadi robot bukan sesuatu yang mudah, tanpa rasa itu sesuatu yang mustahil karena pada dasaranya aku manusia dengan semua emosi nafsu dan kepekaaan rasa.
Baru rabu kemarin Bos memanggilku dan mengatakan bahwa nikmati saja apa yang kamu dapatkan di hidup ini, toh kita tak bisa melakukan apapun selain melakukan yang terbaik dan menikmatinya saja, karena itu merupakan jalan mensyukuri nikmat tuhan. Tapi ternyata ada satu waktu yang membuat tak mampu menerima keadaan itu. Sebenarnya semua berawal dari sebuah kesalahan, mulanya begini, kami berdiam dalam ruang tanpa pintu yang indah, Ruang itu sudah menjadi terlalu indah meski tanpa pintu, hiperbolanya seperti surga karena tak ada batasan, semua mengalir dalam sebuah sungai bermuara pada air terjun. Tapi tanpa sadar ada sebuah pintu yang muncul, berawal dari siluet, berubah menjadi sketsa berakhir dengan nyata lengkap dengan tekstur dan kuncinya. Sayangnya pintu itu hanya aku yang melihat dan terlarang, sudah kucoba untuk menghapusnya namun aku tak mampu, akhirnya kulabeli pintu itu sebagai pintu terlarang, yang didalamnya adalah misteri yang mungkin menghancurkan keindahan.
Kemarin-kemarin aku mendengar suara-suara dari balik pintu terlarang itu, hari ini aku melihat pintu terlarang itu berangsur musnah. Mestinya aku tak hatus sakit sebab toh aku tak mampu membuat pintu itu terbuka. Aku tak harus membebaninya aku hanya tinggal terima..
Sabtu, 11 April 2009
PINTU TERLARANG
Diposting oleh supriyanto danurejo di 07.20
Label: Danurejo's mind
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar