Berkali aku mengeluh, kalah karena edukasi, terkalahkan atau mengalah sebenarnya?
Masih menjadi sesuatu yang paradoksal sebenarnya atau sesuatu yang retorika belaka. Aku merasa menjadi manusia yang beruntung dalam ketidakberuntungan (keduanya saling berinterseksi tanpa meninggalkan atau melepaskan, seperti sebuah fungsi atau seperti sebuah satelit yang mengitari planetnya dalam bidang rudang yang sama (meski terkadang elips dan bundar)).
Dalam keberuntungan itu aku sangat bersyukur mampu mensejajarkan diri dengan orang-orang yang menatah hidupnya dengan pahatan yang mudah. Saking mudahnya sehingga membuatnya tidak penting dan berarti, dan dengan sombongnya saat ini, aku telah memaknai masa itu dengan sangat, bahwa ternyata pencapaianku adalah prestasi tersendiri yang dulu hanya sebatas mimpi-mimpi di benakku.
Bagaimanapun juga sekarang aku hidup dalam sebuah era yang mendeklarasikan bahwa edukasi formal adalah mayor, main of life. Artinya tanpa formal education lo ga bakal maju, menjadi seseorang or something....
Sekarang aku mau menapak mimpi lagi agar aku tak terkalahkan hanya karena edukasi, sebab edukasi hanya ciptaan manusia saja kan???
Padahal mahalnya edukasi untuk pendidikan tinggi disebabkan oleh sistem yang menjadikannya seperti itu, sebuah lahan bisnis dengan segala macam nilai keuntungannya. Menurutku pendidikan mestinya menjadi nurani bukan komoditi. Tapi itu cuma menurutku padahal kan diluar sana tidak menuruti mauku, apa bisaku?
Beruntunglah orang-orang yang tak harus terjebak dengan mahalnya biaya edukasi dan bisa total untuk meraih/ menyelesaikan pendidikan tinggi.
Bagaimanapun juga kurasa aku juga cukup beruntung
Sabtu, 21 Maret 2009
TERKALAHKAN KARENA EDUKASI
Diposting oleh supriyanto danurejo di 00.42
Label: Danurejo's mind
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar