CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Kamis, 29 Oktober 2009

the unimportant thing

Berkali sadar bahwa sakit itu merayapi jiwaku, virus yang menggerogot yang tak menyisakan sel waras. Seperti opium yang mencandukanku, hingga tanpanya aku tak ada, tanpanya aku sirna dan tak merasa. Sadarku tak mengantarkanku pada pertobatan, malah melenakanku dalam pelarian yang kubenarkan. Nafsuku telah mengintervensi keseluruhan perasaanku, sekat-sekat yang dulu kubuat perlahan memudar. Berkali aku sadar bahwa aku memanipulasi diri bahwa aku baik-baik saja, menopengiku dengan bedak tebal tak memberikan sedikitpun kulitku untuk sekedar bernafas.
Dalam putus asaku ada waktu ketika aku ingin berhenti. Diam sejenak atau mengganti dimensi. Dimensi kekal saat perasaanku tak lagi harus dimanipulasi, atau sebuah dunia saat aku bisa menjadi diriku apa adanya.
Dalam sesalku kusempatkan sedikit mimpi, saat virus itu hilang begitu saja, dicabut oleh sang penguasa nyawa dan raga. Merdeka tanpa penjajajahan. Aku sehat.
Semua itu basi, luka lama yang dipelihara tanpa pernah disembuhkan, entah mengapa aku tak cukup kuat untuk itu. Cengeng, lemah dan apalah itu, tapi itu aku itu benar-benar diriku, labil bimbang tak jelas tak terarah, itu yang menyakitkanku tapi tak pernah mampu memperbaiki diri

0 komentar: